Tuesday, February 19, 2008

Aku Suka Melampiaskan Hasratku Dengan Daleman Cewek!

saya lelaki 30th , mempunyai pacar 23th. Selama ini kami tidak pernah ML karena kami emang berkomitmen setelah menikah baru kami akan melakukannya, dulu saya pernah punya pacar pada saat kuliah dan kami selalu ML hampir disetiap pertemuan di kost2an. Kami melakukan ML dengan normal2 saja tetapi ada 1 hal yang mengganggu dalam kehidupan seks saya dan ini udah berjalan hampir separuh perjalanan hidup. Yaitu : saya akan merasa puas sekali untuk menumpahkan hasrat seksual saya (sendiri) dengan cara menggunakan pakaian dalam wanita terlebih dahulu (seolah2 saya adalah wanita). Sempat menggunakan pakaian dalam pacar saya bahkan pernah mencuri terlebih dahulu pakaian dalam teman2 wanita di kost2an yang saya anggap mereka pantas dijadikan fantasi seks dan yang lebih parahnya lagi sampai sekarang pun saya berani membeli pakaian dalam yang ada di store hanya untuk memuaskan nafsu birahi saya. Perlu diketahui dalam waktu beberapa bulan yang akan datang saya akan menikah, yang ingin saya tanyakan apakah hal ini berbahaya buat psikologis saya dan untuk kehidupan seks rumah tangga saya yang akan kami bangun. Dan bagaimana solusinya Dok?
andriy (1)

Jawaban

NO SEX UNTIL MARRIED...

Dear andriy, Anda termasuk kategori penderita fetisisme. Apa itu, fetisisme adalah merupakan kelainan psikologis dalam hal orientasi seksual. Para penderitanya banyak menggunakan benda mati sebagi cara eksklusif untuk mencapai kepuasan seksual. Fetisy dapat berupa suatu bagian dari tubuh wanita seperti bulu kemaluan, rambut. Dapat juga berupa pakaian atau benda lain milik wanita semacam Bra (BH), sepatu, dan barang lainnya. Ada pula yang berkaitan dengan fetisys di masa kecil.

Kegiatan seksual dapat ditujukan pada fetisy itu sendiri seperti melakukan masturbasi menggunakan BH, lalu berejakulasi ke dalamnya. Atau, fetisy diintegrasikan dengan kegiatan seksual dengan orang lain, seperti menuntut agar pasangannya mengenakan BH warna tertentu atau sepatu berhak tinggi saat melakukan kegiatan seksual. Semua benda-benda itu mutlak dibutuhkan untuk dapat membangkitkan nafsu seksualnya.

Termasuk dalam golongan fetisme adalah manekinisme yang fetisy-nya berupa manekin (patung pamer pakaian) di toko. Ada lagi pigmalionisme yang fetisy-nya berbentuk arca hasil pahatan. Istilah ini diambil dari nama raja Cyprus, Pygmalion, yang jatuh cinta kepada patung wanita hasil pahatannya sendiri. Kadang-kadang penderita fetisme bisa berurusan dengan kepolisian dan aparat hukum karena mencuri BH yang sedang dijemur atau di supermarket.

Ada lagi saudaranya fetisisme yaitu transvestisme. Pria heteroseksual dalam fantasinya atau secara aktual mengenakan pakaian wanita untuk membangkitkan nafsu seksual dan kemudian mendapatkan kepuasan seksual. Mengenakan pakaian wanita merupakan pernyataan identifikasi diri sebagai "wanita" (feminine identification). Jika keinginan mengenakan pakaian wanita tidak tersampaikan, ia akan frustrasi.

Biasanya kelainan ini bermula sejak anak-nak atau remaja. Seperangkat pakaian yang disukai dapat menjadi benda yang merangsang nafsu seksualnya. Yang dikenakan mula-mula hanya terbatas cross-dressing parsial (hanya mengenakan pakaian wanita BH dan celana dalam), lama kelamaan, ia mengenakan pakaian wanita lengkap, cross-dressing total.

Seiring dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui cara ini dapat berkurang atau bahkan hilang. Walaupun ada kalanya sejumlah transvestif muncul pada usia lebih lanjut, yang menghendaki mengenakan pakaian wanita dan hidup sebagai wanita secara tetap.

Dalam kasus transeksualisme ini; penderita ingin berganti kelamin, menjadi seperti lawan jenis, dan tidak lagi mendapatkan kepuasan seksual hanya dengan cross-dressing. Penderita merasa dirinya benar-benar wanita.

Tidak gampang untuk menangani para penderita parafilia. Karena mereka sering tidak menghendaki atau merasa tidak perlu mendapat terapi. Namun demikian, perlu ada beberapa terapi psikiatrik yang dapat dicoba. Pertama, melakukan pendekatan psikodinamik dan psikoanalitik (menggali pengalaman masa lalu yang menyebabkan kelainan kejiwaan). Kedua, Melakukan terapi perilaku yang terdiri dari aversive conditioning, yaitu conditioning untuk menimbulkan rangsangan (stimulus) terhadap lawan jenis.

Atau mengukur tingkat birahi dengan pletismometris penis. Terapi aversion diperlukan untuk menghilangkan conditioning yang ada atau hal-hal yang menyebabkan kelainan psikoseksual.

Penderita diberi kejutan listrik sementara disuguhi gambar-gambar atau film mengenai penyimpangan seksual. Khususnya pada voyeurisme dan ekshibisionisme, penderita hendaknya dipacu secara halus untuk lebih berani berkomunikasi langsung dengan lawan jenisnya, sehingga diharapkan lambat laun akan berani melakukan kontak badan langsung. Atau penderita diajari mengatasi rasa takut dan malu untuk mengungkapkan keinginan seks yang benar.

Ketiga, karena umumnya penderita mempunyai sifat dasar kekurangan sosial skill (kecakapan sosial), maka mereka perlu disertakan dalam program terapi yang mengajarkan kecakapan sosial serta empati terhadap dunia sekelilingnya. Ditambah lagi terapi perilaku secara individual.

Keempat, terapi farmakologi yang meliputi pemberian hormon wanita, anti androgen, dan obat-obatan golongan penghambat daur ulang serotonin yang biasanya digunakan untuk mengobati penderita depresi tetapi keberhasilan terapi ini tampak lebih disebabkan oleh penurunan nafsu birahinya. Terapi ini mungkin lebih efektif pada penderita parafilia bersifat hiperseks.

Kelima, tidak kurang pentingnya perhatian masyarakat terhadap penderita. Mereka hendaknya tidak dicemoohkan tetapi diberi pengarahan agar berusaha menghilangkan kebiasaan yang memalukan tersebut. Semoga berhasil!

No comments: